Oleh: Abdul Rahman Sakka
Ada lima misi hidup yang harus dijalankan dua diantaranya sudah disebutkan pada tulisan sebelumnya. adapun tiga yang lainnya adalah pertama, beramal dengan membuat skala prioritas. Kedua, memiliki semangat jihad dalam beramal. Ketiga menjaga amal lisan sebagai kunci dari empat amal sebelumnya.
1. Membuat skala prioritas
Membuat skala prioritas dalam bekerja, membantu terlaksananya misi dengan baik. Dengan adanya skala prioritas dapat dipetakan dengan mudah apa yang harus dikerja lebih awal dan apa yang bisa ditunda atau dibelakangkan. Dapat dibedakan antara amalan wajib dan amalan sunah, mana yang utama dan yang paling utama (afdal). Dapat dibedakan yang mana kebutuhan daruriyat, hajiyat dan tahsinat.
Jawaban Rasulullah SAW terhadap Muaz bin Jabal menggambarkan sebuah skala prioritas. Perintah pertama Rasulullah SAW adalah menjaga kualitas iman dengan tidak mempersekutukan Allah SWT, selanjutnya menunaikan ibadah fardu, kemudian disempurnakan dengan ibadah sunah, dan memberikan penjagaan dengan melakukan jihad sesuai kondisi dan tuntutannya.
Memilih suatu amalan yang akan dikerjakan, perlu dilihat mana yang prioritas untuk didahulukan. Misalnya, Seorang mahasiswa yang sedang mengikuti perkuliahan hingga masuk waktu salat (awal waktu), tetapi majelis ilmu tersebut tidak dihentikan karena alasan tertentu, maka tetap berada di majelis ilmu lebih utama daripada melaksanakan salat di awal waktu. Hal itu ini karena menuntut ilmu adalah wajib, sedangkan salat di awal waktu hanyalah keutamaan. Wajib didahulukan dari yang sunah dan yang fadilah (utama).
Contoh lain, menuntut ilmu adalah wajib, melaksanakan umrah untuk kedua kalinya adalah sunah, maka membiayai orang yang mau atau sedang menuntut ilmu lebih prioritas dari pada digunakan untuk menunaikan umrah. Ali bin Abi Talib pernah berkata; jika saya punya 20 dinar maka 19 dinar saya sedekahkan kepada orang yang menuntut ilmu dan 1 dinarnya untuk orang miskin. Pernyataan Ali tersebut sangat logis karena sedekah yang diberikan kepada orang miskin untuk kebutuhan makannya pahalanya terhenti setelah makan, berbeda dengan sedekah yang diberikan kepada orang yang menuntut ilmu, pahalanya terus mengalir selama yang menuntut ilmu itu mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya kepada orang lain.
2. Memiliki Semangat jihad dalam beramal
Pesan keempat yang disampaikan Rasulullah SAW kepada Muaz adalah jihad. Rasulullah SAW menyerupakan agama ini dengan unta dan menyerupakan jihad laksana zurwatut tsanam (punuk unta) yang posisinya paling di atas pada tubuhnya menggambarkan tingginya kedudukan jihad dalam Islam. Rasulullah SAW memberi perumpamaan hal yang logis dengan sesuatu yang dapat diindra agar mudah memahaminya.
Jihad adalah usaha sungguh-sungguh, kerja keras, militan, penuh semangat, optimis, dan siap berkorban di jalan Allah SWT demi mencapai tujuan. Jihad berperan sebagai penjaga, pengawal, penggerak dan pendobrak dalam menjalankan agama. Penjaga eksistensi dan keberlangsungan Islam, pengawal pelaksanaan dakwah dan amar maruf nahi munkar, penggerak setiap muslim melaksanakan ajaran Islam, pendobrak kejumudan beragama baik individu maupun masyarakat hingga dalam urusan bernegara.
Jihad merupakan ibadah agung yang dimensinya luas dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Ada jihad akidah, ibadah, ekonomi, ilmu pengetahuan, politik dan lainnya. Kita bisa mengambil banyak contoh dari para salaf al-saleh yang sukses melakukan amal-amal jihad dalam kehidupan mereka. Dalam jihad akidah, kisah sahabat suami istri Yasir dan Summayyah yang rela mengorbankan jiwanya demi mempertahankan akidahnya. Keduanya pun tercatat dengan tinta emas sejarah sebagai syuhada pertama.
Dalam jihad ibadah, sahabat Usman bin Affan terkenal sosok ahli ibadah yang sangat militan. Beliau biasa mengkhatamkan al-Quran hanya dalam satu rakaat salat witirnya. Dalam jihad ekonomi, sahabat Abdurrahman bin Auf dan Usman bin Affan terkenal memiliki jihad ekonomi yang sangat kuat. Dengan kemampuannya dalam berbisnis keduanya tampil menjadi pengusaha kaya yang dengan kekayaannya itulah ia jihadkan untuk membangun ekonomi umat Islam. Abdurrahman bin Auf pernah membeli sebidang tanah seharga 40.000 dinar lalu dibagi bagikan kepadaa orang-orang miskin. Usman bin Affan pernah membeli sumur milik Yahudi seharga 20.000 dirham lalu mewakafkannya kepadanya seluruh umat Islam. Rasulullah SAW pun menggelari keduanya sebagai khazanah Allah SWT di muka bumi
Dalam jihad ilmu pengetahuan, Imam Bukhari menjadi contoh orang yang telah menghabiskan waktu dan umurnya untuk berjihad di bidang ilmu pengetahuan. Jihadnya tersebut menghasilkan karya besar di bidang hadis, kitab Sahih al-Bukhari. Dalam aspek politik, tidak bisa dinafikan bahwa kesuksesan futuhat (pembukaan dan perluasan wilayah) kekuasaan dan penyebaran Islam berkat kerja-kerja jihad.
Allah SWT memerintahkan jihad secara jelas dan tegas. “berjihadlah di jalan Allah dan jangan melampaui batas. Karena itu, apa pun jenis jihad yang dilakoni hendaknya memperhatikan tujuan jihad yaitu menggapai rida Allah SWT. Jihad dasarnya harus ikhlas bukan dengan syahwat dan hawa nafsu. Dalam jihad perang misalnya pasti ada kemarahan agar bisa mengalahkan musuh dan membunuh lawan. Tetapi marahnya karena Allah bukan karena syahwat dan dendam.
Dalam jihad tidak boleh melanggar nilai fitrawi manusia. Ada sahabat sangat militan dalam jihad ibadah. Di antara mereka ada yang mau puasa setiap hari, ada yang mau salat tiap malam tidak tidur, dan ada juga tidak mau menikah karena khawatir mengganggu ibadah mahdahnya. Ketika berita ini diketahui Rasulullah SAW, beliau tidak membenarkannya karena melanggar fitrah kemanusiaannya. Rasulullah SAW berkata kepada mereka; aku orang yang paling bertakwa di antara kalian, aku puasa juga berbuka, aku salat malam juga tidur, dan aku juga menikah. Barang siapa yang berpaling dari sunahku maka tidak termasuk golonganku.
Dalam jihad wajib memperhatikan hak-hak asasi manusia. Tidak boleh ada kemungkaran dan kezaliman. Dalam jihad politik misalnya, seseorang yang yang sedang bertarung menjadi pemimpin, tidak boleh melanggar hak orang lain, tidak boleh menzaliminya dengan cara bermain curang, money politik, menghalalkan segala cara, dan segala bentuk kemungkaran dan kezaliman.
Dalam menjalankan misi hidup, jihad harus dihadirkan dalam kerja dan amal. Karena, jihadlah yang menjadikan setiap muslim militan dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah meskipun harus berkorban materi dan jiwa. Jihadlah yang akan menjadikan cahaya Islam bersinar terang di muka bumi. Jihadlah yang akan mengawal Islam menyemaikan kerahmatan bagi seluruh alam.
3. Menjaga Amal Lisan
Dalam pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa satu dari tiga jenis amal adalah amal lisan. Pesan kelima yang disampaikan Rasulullah SAW kepada Muaz bin Jabal adalah bagaimana menjaga lisan agar selalu bertutur kata yang baik dan berucap dengan ucapan yang benar. Penyebutkan di bagian akhir hadis setelah sebelumnya berbicara tentang iman dan keiklhasan, ibadah wajib dan sunah, serta jihad menunjukkan bahwa menjaga lisan sangat penting diperhatikan dalam menjalankan misi hidup di dunia. Karena boleh jadi ibadah salat wajib dan sunah serta jihad yang telah dilaksanakan agar berakhir sia-sia disebabkan oleh keteledoran lisan menjaga ucapan dan perkataannya.
Begitu pentingnya menjaga lisan, Rasulullah SAW mengingatkan Muaz bahwa banyak manusia tertelungkup di dalam neraka jahannam di atas tengkuk-tengkuk mereka akibat ucapan lisan mereka. Di hadis lain diceritakan ada seorang wanita ahli ibadah, rajin salat malam dan puasa di siang hari hingga banyak yang memuji dan mengaguminya. Namun satu kekurangannya karena lisannya suka menyakiti tetangganya. Rasulullah SAW kemudian mengatakan bahwa tidak ada kebaikan yang diperoleh dari ibadah-ibadahnya tersebut, bahkan dengan lisannya itu ia ditempatkan di dalam neraka.
Di hadis yang lain, Rasulullah SAW menyebutkan salah satu manifestasi keimanan seseorang adalah lisannya selalu bertutur kata yang baik dan berkata benar. “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah bertutur kata yang baik atau lebih baik diam” Juga salah satu karakter seorang muslim adalah memberi keselamatan saudaranya sesama muslim dari lisannya.
Menjaga lisan berarti menjaga mulut dari segala bentuk ucapan dan perkataan yang tidak baik, tidak benar dan tidak senonoh seperti berbohong, sumpah palsu, fitnah, gibah, mengumpat, mencela, menghina, ucapan sia-sia, segala ucapan dan perkataan yang secara adat kebiasaan setempat dianggap tidak baik, meskipun di daerah lain dianggap hal biasa, serta panggilan nama bagi seseorang yang tidak disukai oleh yang bersangkutan. Adapun jika panggilan tersebut dianggap biasa maka tidak termasuk di dalamnya, seperti sahabat Abdurrahman bin Sakhrin dipanggil Abu Hurairah (bapak anak kucing), bahkan gelarannya lebih popular dari nama aslinya.
Menjaga lisan berarti membangun kebaikan dalam berhubungan dengan orang lain. Baiknya lisan dalam bertutur adalah penyelamat diri dari jilatan api neraka. Pepatah berkata; “keselamatan seseorang dalam penjagaannya terhadap lisannya”. Keteledoran lisan dalam berucap akan menjatuhkannya dalam kehancuran. “cukuplah seseorang dianggap pendusta dari kebiasaannya semua yang didengar diberitakan kepada orang lain.