Dari Bung Karno Untuk Dunia

Oleh : Muhammad Hifzul

Bangsa Indonesia pernah memilki sosok hebat, yang dengan kehebatannya beliau mampu memikat hart rakyat, memerdekakan Indonesia, mengatasi berbagai konflik keegoisan identitas dan menanamkan dasar yang kokoh bagi bangsa Indonesia. Beliau dijuluki sebagai putra sang fajar dan founding Father bangsa Indoensia, karenanya mengenal beliau lebih dalam adalah kebutuhan untuk setiap Langkah pergerakan bangsa Indonesia.

Memasuki sepertiga abad 21 ini pemikiran Bung Karno senantiasa mewarnai bangsa Indonesia dan menjadi rujukan dalam konteks pengambilan keputusan untuk masa depan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, memahami Indonesia tanpa mencermati Bung Karno adalah kekeliruan yang nyata. Bung Karno adalah ruh pergerakan sekaligus wajah Indonesia selama kurang lebih 22 tahun memimpin Indonesia. Bung Karno juga adalah sejarah dalam artian akar atau pelopor dasar negara Indonesia.

Bung Karno adalah putra Sang Fajar, dalam kepercayaan Jawa apabila ada bayi yang lahir menjelang fajar maka berarti bayi itu telah tiuliskan takdrinya terlebih dahulu dan dipercaya akan membawa perubahan besar di masa depan. Kepercayaan itu ditumbuhkan oleh ibunya dalam diri Bung karno sebagai upaya menstimulus diri Bung Karno untuk menjadi sosok pemimpin hebat di masa depan.

Metode yang digunakan oleh Ida Ayu Nyoman Rai tersebut mirip dengan yang dilakukan oleh Ibu Thomas Alva Edison, sewatku Edison kecil dikeluarkan dari sekolah lewat surat dari gurunya. Tatkala sang ibu membacakan surat itu, beliau menyembunyikan fakta dan berkata dengan sebaliknya, bahwa Edhison adalah sosok yang jenius dan sekolah itu tidak mampu mengajarnya lagi. Sejarah mencatat Edison tumbuh sebagai sosok yang menjadi inspirasi dunia berkat upaya yang tidak kenal menyerah, butuh 1000 kali percobaan sampai beliau berhasil menemukan lampu pijar.

Metode seperti di atas yang semestinya dipraktekkan oleh orang-orang dewasa ini, karena dengan metode itu anak akan memilki rasa percaya diri, berjiwa besar, mau bertumbuh dan memilki cita-cita untuk menjadi orang hebat. Terkait ini, sejak kecil Bung Karno telah memilki ambisi dan cita-cita yang besar untuk membawa Indonesia bebas dari belenggu kolonialisme.

Buku yang berjudul “Bung Karno, The Founding Father”, yang ditulis  oleh Hendri Suseno, mingisahkan perjalan hidup Bung Karno sejak Sang Faja itu lahir sampai beliau wafat. Dalam buku itu, terdapat sebuah fragmen yang sangat sarat akan makna. “Sungguh miskin seorang manusia yang tidak mempunyai cita-cita, atau suatu bangsa yang tidak mempunyai cita-cita”. By Bung Karno.

Fragmen di atas, mengandung dua penekanan, pertama kepada individu dan yang kedua kepada kelompok atau bangsa. Individu yang tidak memiliki harapan menjadi apa di masa depan, beliau nilai sebagai seorang yang miskin atau menderita atau bahkan bodoh.  Sedangkan dalam konteks berbangsa, sebuah bangsa yang tidak memiliki cita-cita maka bangsa itu adalah bangsa yang bodoh dan harus dikasihani atau berada di bawah bangsa lain. Namun untuk mewujudkan cita-cita itu dibutuhkan keberanian dari jiwa-jiwa yang merdeka.

Selama  tiga setengah abad Indonesia hidup dalam penderitaan dan ketakuatan, hal itu tentu karena Indoensia terbelenggu dalam rantai kolonialisme. Masalah inilah yang menjadi sebab lahirnya cita-cita untuk memerdekakan Indoensi. Kesadaran ini memicu berkobarnya api perlawanan dalam diri Bung karno. Sejak masih belia Bung Karno sudah melihat berbagai ketimpangan kelas antara pribumi sebagai kelas rendahan dan Orang Belanda (Londo) sebagai kelas tertinggi.

Perbedaan kelas tersebut Bung karno pahami sebagai akibat dari penjajahan, oleh karena itu walaupun warga pribumi telah mendapatkan ruang-ruang untuk tetap bertahan hidup, namun dalam ruang-ruang tertentu warga pribumi hanyalah sebagai pelayan yang tidak mungkin duduk setara dengan kaum Londo. Memhami realitas ini, Bung Karno melayangkan berbagai perlawanan utamanya dalam hal tulisan dan lisannya yang membangkitkan semangat rakyat untuk bersatu dalam melawan kedtiktatoran penjajah.

Pengasingan di Ende, dan Bengkulu adalah bukti bahwa Bung Karno adalah seorang yang sangat diwaspadai oleh Pemerintah Belanda. Kehadiran seorang Bung Karno dipusat Hindia Belanda adalah ancaman besar bagi stabilitas pemerintah Belanda. Perkara itulah yang menjadikan Bung Karno diisolasi ketempat terpencil dengan tujuan menghentikan kiprah Bung Karno. Namun nyatanya hal itu bukanlah akhir bagi perjuanagn Bung Karno sebab di Ende maupun Bengkulu beliau berhasil memikat hati rakyat.

Kiprah Bung karno senatiasa mewarnai setiap tanah yang ia pijak dengan api perlawanan terhadap penajah dan cita-cita kemerdekaan dalam diri  beliau selalu berhasil memobilasi kekuatan rakyat Indoensia. Meski demkikian  kiprah beliau dalam daerah pengasingan terbilang cukup terbatas sebab dalam segala aktifitasnya beliau akan diawasi oleh tantara Belanda.

Bung Karno pernah berpesan. “Kemerdekaan barulah Kemerdekaan sejati, jikalau dengan kemerdekaan itu kita menemukan kepribadian kita sendiri”.

Kalimat di atas adalah kalimat yang mengobarkan api perlawanan bangsa Indonesia dan juga berhasil mendamaikan rakyat Indonesia saat pergolakan antara, Kubu kiri dan kubu kanan pada awal-awal kemerdekaan Indonesia, anatara komunis, islamis dan antara memanasnya pergolakan Indonesia sebagai negara agama atau agama dalam negara. Konflik saat itu pecah di mana-mana dan tentu  korban berjatuhan karenanya. Bung Karno pun ingin dilengserkan dari kursi kepemimpinannya karena dinilai tidak mampu memimpin bangsa.

Bung Karno yang bagaikan ayah bagi rakyatnya disatu sisi sangat menyayangkan kejadian tersebut, tapi di sisi yang lain beliau harus segera mengabil sikap yang tepat demi menjaga keamanan dan kesatuan NKIRI. Memhami peran beliau dan berdasarkan pemahaman beliau mengenai Islam dan sejarahnya demikian juga dalam hal pemerintahan islam, oleh karena sebelumnya juga pemikiran Bung Karno diasuh oleh sang Guru H.O.S Tjokroaminoto. Selain itu beliau juga memahami cara berpikir Marxisme, kemudian cara berpikir kolonialisme dan pembacaannya mengenai tatanan dunia di masa depan hingga beliau melahirkan keputusan yang bercorak merangkul semua untuk tujuan bersama.

Tercatat saat rapat BPUPKI pada tannggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945 ketegangan dalam membahas dasar Negara tak menemukan ujungnya. Hingga dalam pidatonya Bung Karno berhasil menemukan titik temu antara berbagai kepentingan baik suku, agama, ras dan budaya yang kesemua itu dapat ditampung oleh rasa persaudaraan atas nama Bangsa Indonesia atau Nasionalisme. Kapal Nasionalisme mengakomodir semua kepentingan semua kalangan tanpa ada keegoisan dan inilah yang menjadi akhir dari perdebatan Panjang itu serta momen itulah yang menjai hari lahirnya Pancasila.

Indonesia pun menjadi kapal besar dengan pulau yang sangat banyak, bahasa, suku, ras, agama dan kebudaan yang sangat beragam, tetapi masih dalam kapal Indonesia dengan slogan Bhineka Tunggal Ika.

Sebagai anak bangsa kita perlu merenungkan sejarah dan posisi kita sekarang dan bagaimana masa depan Indonesia. Selain itu Kita juga perlu bangga terhadap Pancasila sebagai dasar negara yang mengakomodir kepentingan universal. Namun janganlah berhenti sampai di situ saja, kita juga  perlu memahaminya sebagai dasar pemikiran untuk memenuhi amanah anak bangsa dan penerus bangsa dalam hal mengejewantahknnya dalam kebijakan-kebijakan yang menjadi problem solving bagi semua masyarakat.

Pemikiran dan kiprah Bung Karno semesttinya menjadi pembanding bagi keadaan Indonesai hari, jika dulu Bung Karno dan para koleganya telah berhasil mengakomidir semua identitas dalam satu kapal Indoensia berasaskan Pancasila. Mengapa ide itu tidak kita kembangakan untuk skala dunia.

 Bung Karno mengajarkan kepemimpinan dan jiwa besar bahwa kita mestinya  memiliki cita-cita yang besar seperti para pendahulu kita dan tantangan kita hari ini adalah tentang bagaimana nilai-nilai luhur yang ada di Indonesia yang sifatnya universal dapat kita tularkan keseluruh dunia. Generasi hari ini mestilah berpikir sebagai warga dunia dan pemimpin dunia.

6 Juni 1901 – 6 Juni 2025, selamat hari lahir Bung, salam hormat dan bangga dari kami putra-putri  bangsamu.   

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *